Senin, 17 November 2008
Rabu, 06 Agustus 2008
MAHASISWA ITU KREATOR…
Sebuah status baru yang menjadikan seseorang bangga sekaligus merasa ada beban yang lebih berat diatas pundaknya, yang terasa melekat erat sebagai generasi muda dan kaum intelektual.
Hal seperti ini bisa dimaklumi, mengingat mahasiswa yang sebagian besar generasi muda adalah merupakan satu tulang punggung masa depan masyarakat dan bangsa dengan tanpa mempedulikan back ground dari setiap individu generasi penerus ini.
Maka menjadi sangat ironis ketika masa yang akan datang atau era yang akan kita songsong bersama tidak terlebih dahulu disiapkan calon-calon pemegang masa depan yang tangguh.
Sebab masa depan adalah suatu masa baru yang belum terjamah oleh segala sesuatu yang bersifat materi, maka hanya sebuah pemikiran atau idea yang dapat menembus gerbang masa depan yang sangat kokoh.
Mahasiswa adalah salah seorang yang paling bertanggujawab terhadap sesuatu yang terjadi di masa mendatang, terutama sekali adalah mahasiswa harus bisa menjawab dan menyikapi dengan arif dan bijaksana atas pertanyaan-pertanyaan zaman yang terus berubah sesuai dengan alur kondisi yang sedang terjadi.
Tak pelak, mahasiswa dituntut untuk bisa menjadi kreator-kreator ulung guna menghadi masa depan yang jelas lebih rumit.
Dari sini menjadi sangat jelas akan langkah-langkah yang harus diambil seorang mahasiswa kreator masa depan.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan diri dalam sebuah wadah kreasi dan apresiasi untuk berlatih berbagai macam ketrampilan yang nantinya akan sangat dibutuhkan.
Dan yang paling penting adalah bagaimana dengan keterampilan yang dimilikinya seorang kreator masa depan dapat lebih cerdas dan tangkas dalam menyikapi setiap kejadian yang menggelutinya setiap saat.
Apabila hal ini tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dan generasi muda, maka bukan tidak mungkin era baru yang diharapkan akan indah,dan mudah, tak akan pernah diraihnya dan hanya menjadi impian belaka dalam dunia antahbrantah atau hayalan. Maka berjuanglah KREATOR !
Oleh: Heri Wibowo
Selasa, 05 Agustus 2008
BIMBINGAN TEST BANTU TEROBOS GERBANG PTIQ
PTIQ sebagai sebuah perguruan tinggi berkelas Internasilonal, tentunya akan sangat selektif dalam menerima calon mahasiswanya.
Hal ini lebih dikarenakan kapasitas dan kapabilitas kampus yang berada disamping gedung BATAN ini sangat diperhitungkan.
Sejarah berdirinya PTIQ juga menjadi suatu alasan yang konkrit mengapa satu-satunya kampus di Pasar Jum’at ini sangat ketat dalam melakukan seleksi ujian masuk di perguruan.
Pada era 70 an sampai pada masa 90 an mahasiswa PTIQ masih merupakan utusan resmi dari tiap-tiap propinsi yang tersebar di seluruh bumi nusantara.
Setelah mengikuti seleksi di daerahnya masing-masing calon mahasiswa PTIQ pada era tersebut masih harus diuji ulang oleh pihak panitia pendaftaran mahasiswa baru dan setelah mendapat keterangan lulus barulah dipersilahkan mengikuti proses belajar di PTIQ.
Sejarah panjang PTIQ telah mampu membuat PTIQ semakin berkompeten dalam ke ikutsertaanya membangun pribadi masyarakat bangsa Indonesia ini.
Walaupun gerak zaman semakin jauh meninggalkan kisah lama, namun PTIQ terus mempertahankan kwalitasnya dengan memperkatat ujian masuk calon mahasiswanya.
Maka menjadi wajar ketika calon mahasiswa PTIQ berusaha sekuat tenaga untuk bisa lulus dalam ujian masuk perguruan.
Perjuangan calon mahasiswa PTIQ akan semakin kuat, tepat dan akurat ketika setiap individu dari mereka mengetahui langkah-langkah seperti apa yang akan diambil untuk bisa menerobos gerbang kampus impiannya itu.
Berdasarkan atas rasa kepedulian terhadap calon mahasiswa baru, PMII Komisariat Kebayoran Lama, Cabang Jakarta Selatan yang bermarkas di gedung I lantai II Asrama Mahasiswa PTIQ berusaha menggelar Bimbingan Test (Bim Test) masuk Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur an Jakarta secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.
Organisasi pengkaderan yang base camp nya mengarah tepat kejalan raya ini terbukti paling aktif dalam melakukan Bimbingan Test tanpa mempermasalahkan back ground calon peserta bimtest dengan hasil capain 90 persen sukses dalam mengikuti ujian.
Tentunya event-event seperti ini akan sangat disayangkan apa bila tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menghendaki lulus dalam ujian masuk PTIQ.
Oleh: Heri Wibowo
JADWAL BIMBINGAN TEST MASUK PTIQ
TAHUN AKADEMIK 2008-2009
No.
Hari/ Tanggal
Materi
Fasilitator
1.
Sabtu, 09 Agustus 2008
2.
Pukul, 08.00-10.00
Bahasa Inggeris
Sholeh Hadi & Washila. R
3.
Pukul, 10.00-12.00
Pengetahuan Umum
Heri Wibowo, Fauziah & Zainal. A
4.
Minggu, 10 Agustus 2008
5.
Pukul, 08.00-10.00
Bahasa Arab
Thalibul Khair & Fauziah
6.
Pukul, 10.00-12.00
Pengetahuan Agama
M. Ma’ruf & Kiki
7.
Senin, 11 Agustus 2008
8.
Pukul, 08.00-10.00
Wawancara
Dedy Kusuma Wardani, Aminullah & Nashrul
9.
Pukul, 10.00-12.00
Tahfidz
Zainal Mubarak
10.
-
-
-
Rabu, 30 Juli 2008
KESULTANAN BRUNEI SAMBUT PTIQ
Dari bandara rombongan langsung menuju hotel berkelas seharga 15 jutaan rupiah untuk satu kamar satu malam yang sudah disediakan pihak kerajaan.
Sebuah penghormatan yang luar biasa yang tidak pernah didapatkan dinegeri sendiri, begitu menurut penuturan Dr. H. M. Darwis Hude, MPdi purek II PTIQ yang sempat berkunjung di negeri terkaya di kawasan Asia Tenggara ini.
Pemerintah kerajaan Brunei benar-benar memperhatikan rakyatnya dan perkembangan ilmu-ilmu ke al Qur anan.
Hal ini terbukti dalam pernyataan Sultan Hasan al Bolqiah yang hendak mendelegasikan beberapa mahasiswanya untuk belajar di PTIQ dan akan segera membuka perguruan tinggi berbasis ilmu ke al qur anan di wilayah kerajaan Brunei, begitu seperti yang dijelaskan Darwis Hude dalam acara pelantikan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur an Jakarta pada Selasa, 29/07 di Auditorium PTIQ.
Peryataan sang Sultan menurut Darwis disampaikan saat kunjungan langsung ke stand dagang PTIQ pada Bazar MTQ Asia Tenggara yang memang digelar di Brunei.
Dalam kunjungan kehormatan ini pihak PTIQ memberikan cindera mata Kitab Suci Al Qur an kepada Sultan Brunei sebagai produk khas PTIQ.
Ini lebih dikarenakan pihak PTIQ tidak mengetahui sebelumnya kalau Sultan Hasan al Bolqiah akan menyempatkan diri mengunjungi stand dagang yang diberikan ke PTIQ secara gratis ini.
Sebuah penghargaan dan penghormatan yang luar biasa untuk PTIQ dan Indonesia ketika pemerintah kerajaan Brunei melakukan semua kerja sama ini. Semoga pemerintah RI dapat melakukan hal serupa demi persaudaraan ras manusia.
Oleh: Heri Wibowo
MAHASISWA, ORGANISASI, DAN REALITAS SOSIAL
Berorganisasi, sebuah kegiatan yang memiliki kekuatan lebih untuk mengatur kehidupan dengan berbagai macam variasinya, sangat membantu menghapuskan keterbelakangan dan keterpurukan.
Hal ini perlu ditanamkan sejak dini dalam jiwa seseorang sebagai langkah awal (starting point) untuk memupuk semangat patriotisme. Dan bahkan perlu diajarkan mulai dari bangku sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi menurut kapasitasnya masing-masing.
Jika diamati dalam ranah sosial, akan sangat kentara (Jawa: Jelas) sekali terlihat di antara orang-orang yang belajar berorganisasi dan yang tidak belajar beroraganisasi.
Orang yang mempunyai basic organisasi akan dapat melihat dengan kritis berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terjadi setiap saat di lingkuagan kita. Sedangkan orang yang tidak memiliki basic organisasi akan cenderung bersifat acuh tak acuh, apreori terhadap kondisi sekitar dan kurang memiliki rasa solidaritas yang terhadap sesama. Hal ini dimungkinkan karena pemupukan rasa saling membutuhkan sudah pasti ditanamkan sejak dini dalam setiap organisasi.
Esensi dari sebuah organisasi adalah agar setiap individu bisa hidup bermasyarakat dengan baik dan benar.
Sebagai kaum akademisi, nantinya juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana masyarakat yang gandrung akan keadilan dan kesejahteraan, dan peka terhadap adanya ketidakadilan dan penindasan.
Paling tidak, spirit untuk sadar diri seperti ini harus sudah ada, dan dimiliki oleh para mahasiswa, agar tidak kehilangan élan vitalnya sebagai kaum pembawa perubahan.
Tanpa ada gerakan semacam ini, belum tentu sebuah keadilan, kesejahteran dan kemakmuran mampu dihadirkan di tengah-tengah masyarakat pada saat ini.
Singkatnya, gerakan kemahasiswaan harus menjadi pioneer dan penentu perubahan pemerintahan dan tatanan sosial.
Sekedar kilas balik, system perekuliahan di kampus hanyalah berhenti pada tataran teoritis, belum menyentuh pada aplikasi langsung. Padahal, di samping mahasiswa mengenal berbagai macam teori, juga harus mampu berhadapan dengan kompleksitas persoalan yang muncul dimasyarakat, dan kesemuanya itu tidak mungkin dibahas di bangku perkuliahan.
Berbagai macam isu yang berkembang ini, hanya dikaji secara mendalam di berbagai kegiatan organisasi pada bidangnya masing-masing.
Apakah kita sebagai mahasiswa hanya akan berdiam diri dan duduk manis di bangku kuliah menunggu dosen menjejali kita dengan teori-teori yang mungkin sudah usang?
Akan ada banyak pengalaman yang berharga yang didapat dalam perjalanan organisasi, yang kemungkinannya sangat kecil jika kita berharap dapat diperoleh dari mata kuliah.
Asumsi ini dapat kita lihat dari pengalaman gerakan mahasiswa, yang mampu mendobrak angkuhnya rezim otoriter diberbagai penjuru dunia.
Seperti halnya gerakan politik mahasiwa tahun 1966 yang berhasil meruntuhkan demokrasi terpimpin yang ditetapkan oleh presiden Soekarno, kemudian gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang berhasil menumbangkan Orde Baru, yang selama tiga dasa warsa telah menggurita dalam kehidupan politik di masyarakat Indonesia.
Kepekaan seseorang terhadap gejolak yang timbul di masyarakat maupun pemerintahan tidak secara otomatis bisa dimiliki, melainkan memerlukan sebuah proses perjalan yang panjang.
Proses semacam itu bisa diawali dari sebuah pembelajaran organisasi di intra maupun ekstra kampus.
Dengan berbagai macam tugas organisasi yang sering digelutinya, maka organ-organ yang bergerak di dalamnya akan semakin kritis dan peka terhadap segala macam persolan yang ada.
Mahasiswa dan organisasi setidaknya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, maka para aktivis organisasi akan menjadi sosok yang siap memperjuangkan hak-hak rakyat, sesuai kapasitasnya sebagai mahasiswa dan khalifatul ardl.
Diskursus tentang peran mahasiswa dalam konstelasi politik nasional memang tidak pernah usang. Diskursus itu bukan semata-mata karena peranan mahasiswa selalu dilingkupi dan dipengaruhi oleh system yang berlaku, namun yang lebih krusial lagi adalah karena peran itu dimainkan dalam kondisi steril dari kepentingan dan memiliki bobot pressure yang besar, ketimbang gerakan-gerakan kritis lainnya.
Sekaitan dengan berbagai persoalan bangsa, organisasi-organisasi yang diusung oleh para aktivis mahasiswa diharapkan mampu memberangus kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat.
oleh: Sholeh Hadi
Ideologi Narsisme di Kalangan Mahasiswa
Mengamati pola dan gaya hidup sebagian mahasiswa di era neo liberal ini telah memaksa setiap sudut pandang yang kita arahkan untuk sedikit terbelalak dengan fenomena-fenomena yang terjadi berbarengan dengan semakin jauhnya nilai moral dalam berkehidupan masyarakat.
Sebagian mahasiswa telah melakukan gerakan-gerakan yang tidak ber etika. Secara jelas dan terang-terangan, terkadang oknum-oknum mahasiswa melakukan serangkaian tingkah laku yang sangat memalukan, keluaar dari batas-batas etika dan estetika dalam berkehidupan sosial.
Hal yang paling sering terjadi adalah penganutan paham narsisme dikalangan kaum terdidik ini, contoh mudahnya adalah, demi mencapai popularitas, seorang oknum mahasiswa tidak malu-malu menjajakan dirinya diluar kemampuannya.
Menjadi orang yang serba sok juga merupakan perwujudan dari ke penganutan ajaran narisime, sok tahu, sok pintar, sok terkenal, sok menjadi ikon, dan sok-sok yang lain.
Sungguh tidak masuk akal, jika hal-hal seperti ini terjadi pada mahasiswa qur ani, dan tentunya juga akan sangat disayangkan bila paham narsisme menempel dan menggelayuti jiwa intelek muda kita.
Narsis, tak ubahnya sebuah kesombongan, keangkuhan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, maka siapapun orangnya yang mengidap penyakit ini sudah selayaknya dikarantinakan agar penyebaran penyakit dapat diminimalisir.
Oleh karena ajaran narsisme merupakan pangkal dari kehancuran suatu kaum, sudah saatnya kita kembali mengoreksi diri/ interospeksi atas kekurangan dan kelebihan kita.
Langkah ini terbukti paling mujarab untuk menanggulangi penyakit narsis yang selalu menjadikan kita lupa diri. Oleh: Heri Wibowo
MAHASISWA QURA ANI DAN NET WORKING
Mahasiswa merupakan kaum intelektual muda yang merupakan harapan bangsa. Mahasiswa harus mampu berpikir secara sistematis, progresif, transpormatif dan mempunyai planing untuk masa depan yang bekualitas.
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur an (PTIQ) merupakan wadah bagi mahasiswa pengkaji dan sekaligus penghafal al-Qur’an. Menjadi sosok yang disebut Mahasiswa Qur ani haruslah mempunyai jiwa sosial yang tinggi sebagai modal untuk bermasyarakat, tidak cukup hanya mengkaji dan menghafal al-Qur an saja. Sebab nantinya mahasiswa akan terjun ke berbagai lapisan masyarakat untuk bersosialisasi.
Oleh karena itu alangkah lebih baiknya apa bila mahasiswa selalu aktif dalam aktifitas apapun yang tentunya bisa menambah ilmu, pengalaman, pengetahuan dan kualitas sebagai mahasiswa.
Menjalin jaringan (Net Working) merupakan hal penting untuk melatih mahasiswa berinteraksi, bersosialisasi dan juga hal ini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan skill atau kemampuan dalam berkompetisi . Salah satu contoh misalanya dengan mengikuti MTQ.
Memang, Sebagai Mahasiswa Qur'ani berperan aktif dalam dunia MTQ merupakan salah satu konkritifitas penguatan jaringan untuk mengembangkan dan menyalurkan bakatnya dalam berkompetisi.
Walaupun sebagai mahasiswa yang berkarakterkan Qur ani, tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan dunia luar untuk menambah suatu jaringan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, baik berupa jaringan politik, pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya.
Yang terpenting dalam hal ini adalah harus mempunyai prinsip dasar yang kuat dan dapat dijadikan pegangan hidup sebagai seorang mahasiswa.
Meraih suatu kesuksesan tentu tidaklah mudah, tidak seperti membalikan telapak tangan.
Oleh karena itu, untuk meraih kesuksesan tersebut memerlukan suatu proses yang tidak sebentar dan butuh ketlatenan (Jawa: keuletan) dalam menjalankanya. Paling tidak bisa di mulai dari diri sendiri dan dari hal yang paling kecil untuk berusaha mencapai kesuksesan dalam hidup, dan yang paling penting adalah dengan kesuksesan yang kita dapat kita bisa bersama-sama membangun citra diri mahasiswa.
oleh: Reza Tx
Redaktur GMPP